KAMI DAN BEBERAPA KISAH KENANGAN KAMI (DAN BANDUNG)

DAN BANDUNG

Dua hari lamanya, hujan enggan hadir. Meski begitu matahari hanya perkasa di seberapa bagian hari saja. Menjelang rembulan hendak menunaikan tugasnya, udara mendingin masih juga terasa dan bising hidup semakin menjadi. Yang diharap memang hujan tidak perlu hadir saat itu. Agar matahari menorehkan kisahnya purna membayang di balik awan. 

Kami menyusuri jalanan pinggir kota, menikmati sinar matahari yang mulai memudar. Di sisi pinggiran kota, lalu lalang kendaraan semakin ramai. Biar kemarin dan kemarin lusanya juga hujan merasa belum menjadi tugasnya membuat jalanan kota kami basah. 

Kami berbincang dan menyenangkan, memilih rute paling jauh seolah kami tidak ingin melewatkan suasana ini. Kadang berbicara soal rencana, sempat membahas soal masa lalu. Terdiam membayangkan sepuluh tahun ke belakang, saat semuanya masih serba sederhana. 

Kendaraan yang kami tumpangi terus membelah jalan menelusuri bagian kenangan dari masa lalu. 

Di suatu masa saat ego kami masih menguasai, saat keterbatasan yang sangat membatasi perjalanan kami. Dimana merasa masih belum siapa-siapa, dalam proses pembuktian diri, bahwa kami layak untuk menyematkan sebuah kisah kehidupan kami di semesta ini. Saat semuanya serba sangat kurang, saat semuanya diawali dengan perjalanan berdiri di atas kaki sendiri dan seiring keringat serta kepedihan dalam rentetan cobaan dan godaaan. 

Diselingi tawa, saat kami mengingat kembali kekonyolan dan kebodohan kami di masa lampau. Kemudian kembali hening dimana kenangan yang pahit sempat terbayang, dimana kami terjatuh begitu masalah yang awalnya kami pikir bukan masalah besar, dan masalah tersebut sempat memporak-porandakan kami dalam waktu yg tidak singkat. 

Tapi kami ahirnya bangkit dari kesalah itu, dan kami bangga dengan kami sendiri. Dimana awalnya kami tidak yakin akan selamat dari prahara tersebut. 

Saat itu kami merasa lebih saling memiliki satu dengan yang lain. Merasakan syukur bahwa kami merasa beruntung saat itu sudah saling memiliki. dan dengan keterdekatan yang kami rasa tidak mungkin dapat terpisahkan. Kami saling menyayangi.

"Dan Bandung" - Pidi Baiq The Panasdalam Bank



Komentar