Sepeninggalmu, langit tak lagi mengecup senja,
Hanya gulita yang menjahit sunyi di tepi malam.
Ribuan detik berlalu, menyayat waktu dalam diam,
Mengenaskan rasa yang tak kunjung tuntas tertelan.
Aku berjalan di antara bayang dan ingatan,
Mengumpulkan serpihan rindu yang tak terjawab.
Seperti angin mengelus daun yang hampir luruh,
Tak ada tawa, hanya bisik duka merayu waktu.
Apakah kau mendengar lirih langkahku?
Pada setiap hembus nafas yang menggapai kosong,
Di antara gema sunyi yang mengguncang hati,
Aku menanti, meski tahu harapan adalah kehampaan.