BENTANGAN JURANG KEKOSONGAN

Ada saat di mana langit terasa begitu rendah, seakan-akan beratnya awan menggantung tepat di atas kepala. Dalam kepalanya, lelaki itu mencoba merapikan kekacauan yang tiada habisnya. Masalah pribadi yang membelit seperti akar pohon tua, terlalu dalam untuk dicabut, terlalu rapuh untuk dipertahankan. Keluarga, yang seharusnya menjadi tempat berteduh, kini bagai hujan yang terus-menerus membasahi, tanpa jeda, tanpa pelangi. Dan pekerjaan, ah, pekerjaan itu seperti dinding yang terus mendekat, menyisakan ruang semakin sempit untuk dirinya bernapas. Namun, ia memilih diam, bukan karena tidak ada yang mendengarkan, tetapi karena rasa bersalah yang merayap, menekan setiap kata yang ingin ia keluarkan. Apa gunanya mengadu, jika hanya akan menjadi beban baru bagi orang lain?

Malam-malamnya tidak pernah benar-benar gelap. Lampu kecil di sudut kamar menyala redup, seolah mencoba menghibur, tapi hanya membuat bayangan di dinding tampak semakin panjang dan menakutkan. Ia berbicara kepada dirinya sendiri dalam bisikan yang bahkan tidak ingin didengarnya. Dalam pikirannya, semua kesedihan itu berputar seperti gulungan ombak, menghantam tanpa ampun. Ada kemarahan yang tak bisa ia lemparkan ke dunia, ada tangisan yang tak pernah mencapai bibir. Ia seperti kapal tanpa jangkar, terapung di tengah badai, tanpa tahu di mana pantai berada. Setiap detik yang berlalu hanya mempertegas betapa sempitnya dunia yang ia tinggali, dunia yang ia bangun dari keheningan dan kepura-puraan.

Dan pada suatu pagi, ketika embun masih menggantung di ujung dedaunan, ia duduk di sudut rumah dengan secangkir kopi yang sudah dingin. Di sana, ia mencoba menemukan ruang di antara keretakan dirinya, sebuah celah kecil untuk bernafas. Tapi apa yang ia temukan hanyalah kekosongan yang membentang, seperti jurang tanpa dasar. Dalam kesunyian itu, ia hanya mampu memeluk dirinya sendiri, bukan dengan kasih, tetapi dengan rasa lelah yang tak terkatakan. Ia tahu, dunia tidak berhenti berputar untuk kesedihannya. Dan dengan itu, ia kembali menyelam ke dalam pikirannya, ke tempat di mana segala sesuatu tetap menjadi rahasia, bahkan bagi dirinya sendiri.

Postingan Populer