Kenangan bersamamu adalah pisau bermata dua,
Menusuk hati dengan lembut, menguliti jiwa perlahan.
Kesedihan menjelma badai, meluluhlantakkan logika,
Meninggalkan aku terdampar di pantai sepi tanpa arah.
Kau adalah hujan di tanah yang tandus,
Menghidupkan bunga-bunga harapan yang rapuh.
Namun, usai reda, kau bawa pelangi itu pergi,
Menyisakan petang yang tak mengenal pagi.
Kini, waktu adalah penjara yang membelenggu,
Setiap detiknya melarutkan akal dalam rindu.
Aku bertanya pada bintang, adakah arti tanpamu?
Namun jawabannya hanyalah bisu yang menyayat kalbu.