TAPI DARI APA YANG KITA LEPASKAN

 Hidup Bukan Hanya Tentang Keluhan

Dalam perjalanan hidup, tak ada manusia yang luput dari cobaan, tetapi seberat apapun beban di pundak, kita bukanlah satu-satunya yang bergulat dengan derita. Ada mereka yang tak bersuara, memikul luka yang tak kasat mata, namun memilih diam sebagai perisai. Merasa menjadi yang paling susah adalah jerat yang membelenggu jiwa, sebab di balik pintu-pintu tertutup, ada perjuangan yang lebih senyap dan mendalam. Bukankah hidup mengajarkan kita bahwa rasa sakit, meskipun pahit, adalah pelajaran untuk mengasah hati?

bukan kamu saja yg punya beban

Atensi dunia bukan milik satu orang saja. Di kala kita merasa haus akan perhatian, ada yang memilih untuk menyerahkan sorot cahaya kepada orang lain. Hidup tidak selalu soal menjadi pusat gravitasi; terkadang, menjadi latar yang sunyi adalah jalan menuju kedewasaan. Saat kita belajar merelakan diri berada di pinggiran, justru di sana kita menemukan arti keberadaan yang sejati—membaur tanpa tuntutan, memberi tanpa pamrih, dan menerima tanpa cela.

Dan di atas semua itu, kita harus mengakui bahwa telinga manusia tidak dirancang untuk mendengar keluhan tanpa batas. Setiap keluh dan kesah yang kita lontarkan adalah butiran pasir yang terus bertambah, menumpuk di ruang orang lain. Tidakkah kita ingin menjaga keseimbangan itu? Bahwa sesekali, diam lebih berarti dari seribu kata. Dalam keheningan, ada ruang untuk menyembuhkan, baik bagi diri sendiri maupun mereka yang ada di sekitar. Di sanalah makna hidup menemukan kedalaman—bukan dari apa yang kita tuntut, tapi dari apa yang kita lepaskan.

Share: