BERHARAP (LAGI) DAN BERSABAR (LAGI)

Hope & Passion
Photo by Ryan Gagnon on Unsplash


Hujan, hujan deras baru saja dimulai. Seharian ini kami, warga kota Bandung dengan mudah melihat jelas langit terang biru. Tidak seperti hari kemarin, seharian langit mendung. 
Walau tidak sempat hujan, tapi jelas sekali awan abu-abu gelap menutup warna langit. Tapi hari ini berbeda, hari seolah begitu bersemangat. 
Banyak rencana yang tercipta untuk mengisi hari libur "kejepit" kali ini. Ah, kita bisa liburan dan senang-senang. 💢💢

Tapi tidak pada kenyataannya, masa pandemi ini merubah segala-galanya. Tadi siang, ketika hari sedang cerah-cerahnya, seorang petugas dari puskemas setempat berkeliling daerah mengumumkan peringatan untuk tetap waspada. Peringatan untuk selalu menggunakan masker apabila keluar rumah. Tidak terlihat siapa dan berapa orang para petugas itu berkeliling daerah. Tapi suaranya cukup jelas terdengar. Tidak, kami putuskan hari ini berdiam saja di rumah. 

Sebetulnya ada beberapa kegiatan rutin yang bisa dilakukan, anggap saja hari ini curi start pekerjaan yang biasanya dilakukan pada hari minggu. Benerin ban motor, yang sudah seminggu belum diganti. Gara-gara dua minggu lalu touring dadakan sampai ke area kabupaten Bandung paling selatan. Hingga akhirnya menjelang siang kembali lagi ke rumah. enam jam pulang pergi tidak istirahat lama. Dimana akhirnya pinggang dan aki pegal-pegal. Dan ban motor dalam bagian belakang harus diganti.

Waktu menunjukan angka dua puluh dua lebih delapan menit. Hari ini hari kami, dan besok jumat. Artinya malam ini adalah malam jumat. Bisa-bisanya malam jumat bergairah ingin menulis sesuatu. Dan ini adalah salah satu kegiatan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Baru terlaksana hari ini, dan pada jam segini. 

Hujan semakin deras. Suara berisik air hujan yang jatuh menimpa atap plastik di depan rumah menandakan memang hujan semakin deras. Di sini di daerah sini adalah perkampungan di tengah kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Saking padatnya diantara kami sering bercanda, kalau ada kebakaran di daerah kami, tidak perlu yang namanya mobil pemadam kebakaran. Kita hanya butuh penyedot debu saja, karena kran hidran di daerah sini jauh dari sumber air. Sumber air yang terlihat hanya selokan kecil yang penduh dengan limbah rumah tangga. Belum lagi mobil pemadam yang berukuran besar tidak mungkin dapat menjangkau daerah terdalam di perkampungan ini. Becanda tidak lucu yang kami sendiri tidak berani membayangkannya. Iya, bercanda dalam cemas.

Besok ngapain ? saya ralat pertanyaan yang tepatnya adalah besok ngerjain apa dulu ? Masih dalam proses bangkit, dimana ternyata masih banyak yang harus dikerjakan. Banyak pekerjaan yang baru saja mulai dan masih banyak pekerjaan lama yang masih juga belum dimulai. Masih banyak janji lama yang belum dilunasi, dan kemudian banyak janji-janji yang baru saja terucap.

 "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia." -Sayyidina Ali Bin abi Thalib

Setidaknya manusia diciptakan dengan nurani dan akal sehat, sehingga pengharapan pada seorang manusia lainnya pada suatu waktu ada pengecualian. Boleh saja, tetapi jangan lupa. Manusia adalah manusia, sehingga benar bahwa manusia ada dalam kebingungan. Dalam memilih dan dalam memutuskan terdapat banyak yang dapat djadikan pertimbangan. Seharusnya pengharapan hanya kepada Yang Pasti saja. no debat!

Intinya tulisan ini itu saja sih, pada alinea di atas saja. Awal-awal tulisan hanya untuk "memancing" agar otak ini engga beku terus. Pas hasrat menulis menggebu-gebu, ketika di depan monitor semuanya beku. Beku lagi!

Sepertinya tulisan kali ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Tidak jelas maksudnya, apalagi gangguan kucing oren yang sedari tadi bolak-balik seenaknya perutnya jalan-jalan di atas kibor. Setelah numpahin asbak dan isinya, penahan kertas printer, lampu meja dan mengacak-ngacak kresek sampah. Akhirnya tulisan ini harus buru-buru disudahi. 😭

Komentar