ScribeFire: Testing Postingan menggunakan ScribFire di Browser Firefox
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Beberapa kali menginstall-uninstall software media untuk blogging, ada beberapa ketidak-cucok-an. sekarang mencoba dengan ScribeFire. mmhh ada quickads-nya semacam dengan Google Adsense. Feature YouTube dan Flickr melengkapi hanya dengan 1 kali klik. Lumayan juga, software ini nebeng di Firefox berupa extention.
Enam aplikasi android Audio Analizer yang dapat digunakan sebagai alat tambahan di bidang audio pro atau sebagai "mainan baru" untuk anda-anda yang hobi dengan bidang audio profesional. Aplikasi ini gratis tentunya dengan beberapa keterbatasan untuk jenis aplikasi gratisan. Jika anda merasa cocok dan menginginkan aplikasi versi pro/berbayar, dapat langsung dibeli dari Play Google-nya. Harap diperhatikan apabila aplikasi ini tidak dapat digunakan dan didownload langsung dari Play Google, karena beberapa aplikasi ini membutuhkan spesifik hardware/versi OS yang berbeda.
Segalanya terasa seperti pusaran yang tak kunjung reda, menghisapnya semakin dalam ke dalam jurang tak terlihat. Tidak ada ruang untuk pelarian, tidak ada jeda untuk bernapas. Di dalam benaknya, suara-suara itu berbisik dengan nada tajam, mengingatkan akan kegagalannya, menyalahkan setiap keputusan yang diambil, bahkan memutarbalikkan harapan menjadi cemoohan. Ia mencoba melawan, tetapi setiap upaya hanya membuatnya semakin terjerat dalam perangkap yang ia ciptakan sendiri. Segalanya menjadi kerumitan tanpa bentuk, tanpa arah, seperti lukisan abstrak yang hanya ia pahami sebagai kekacauan belaka. Apa pun yang ia rasakan, semuanya berakhir dalam diam, membiarkan pikiran itu menggulungnya hingga tak ada yang tersisa selain kelelahan yang tak kunjung usai.
Ada hari-hari di mana matahari terasa lebih berat untuk terbit, seperti ia sendiri meragukan tujuannya. Begitu pula dengannya, seseorang yang kini berjalan di dunia yang terasa begitu luas, namun sekaligus begitu sempit. Langit pagi mengabur, tak lagi menyentuh sukacita seperti dulu. Setiap langkahnya adalah doa yang diam-diam bergetar di antara nafas yang putus-putus. Kehilangan itu bukanlah hal yang ia pelajari dari buku-buku, tetapi dari ruang kosong yang terus bergema dalam dirinya. Ada kerinduan yang ia peluk dengan erat, seolah-olah itu satu-satunya hal yang nyata di tengah segala yang memudar. Dalam diamnya, ia mulai berbicara dengan dunia yang tak lagi menawarkan jawaban. Angin yang berhembus tidak lagi menghibur; ia hanya membawa pesan-pesan samar yang tak ia pahami. Orang-orang berlalu-lalang, menjalani hari mereka seperti biasa, namun baginya, setiap wajah adalah bayang-bayang dari seseorang yang telah memutuskan untuk pergi. Betapa ironisnya, pikirnya, bahwa separuh du...