Ignored...

"Emang enak dicuekin ...?"

sapa bilang enak ? :P tapi engga apa-apa dech soalnya ini bukan hal serius. Toh cman umumnya masalah lain, dan masih banyak kesempatan di tempat lain. Bukan halnya sesuatu yang harus diselesaikan. Cuman dari prosesnya itu bikin hati rada "jutek" so what dech loe ? Hahahahahah jadi ketularan ngomong kek gituan, padawal udung suka jijik kalo denger orang ngomong kek gituan.

Lain Cerita Satu Postingan.

Udung pernah baca cerita tentang seekor kucing yang setia sampai akhir. Tidak seperti Amerika yang memberi penghargaan kepada anjing sebagai sahabat manusia. Di sini akan ber"dongeng" mengenai kesetiaan hewan peliharaan kepada majikannya.

Dahulu kala hidup sepasang suami istri di pinggir hutan. Dengan kesederhanaannya kehidupan mereka sangat bahagia. Ketika itu lahirlah anak pertama mereka. Dan di tengah-tengah kehidupan mereka ada seekor kucing yang sudah tinggal lama dengan keluarga kecil nan bahagia itu.

Suatu saat, sang suami dan sang istri hendak menjual hasil tani mereka ke kota, dan mereka meninggalkan bayinya yang masih kecil di rumah. Karena selama ini sepasang suami istri itu sangat dekat dengan kucing peliharaannya tsb, begitu pula dengan kucingnya yang sangat setia kepada majikannya. Maka sang bayinya dititipkan bersama kucingnya.

"Kutitipkan padamu anak bayiku, kuserahkan keselamatan anakku ...." ucap sang suami.

Sang kucing seolah mengerti dengan perkataan sang suami itu, sambil mengeong dia beranjak ke kolong tempat tidur si bayi. Sepertinya sang kucing berkata, " Jangan takut wahai majikanku, ku jaga bayi kecilmu dengan seluruh jiwa raga ku."

Singkat kata, suami istri itu pergi ke kota, meski percaya dengan kucing peliharaannya sang istri masih khawatir dengan keselamatan bayinya. Hanya 12 jam mereka ke kota, dengan menyewa taksi mereka menghemat waktu untuk pergi ke kota (tidak menggunakan angkot, as you know taxi is more fast than angkot..) Pada saat merka pulang ke rumah, Terkejutlah ketika di depan rumah nampak sang kucing sedang menjilati wajahnya yang penuh dengan darah. Sang istri menjerit lalu pingsan dengan sukses. Lain dengan sang suami yang langsung geram dan marah. Tampak amarahnya memuncak ketika dia meraih sebilah golok yang terselip di pinggangnya. Tanpa memakan waktu yang lama, sang suami menhajar dengan membabi buta sang kucing. Sang kucing tidak melawan, dia hanya menatap sedih dan penuh tanda tanya. Akhir nyawa kucing di ujung golok majikannya, setengah meloncat sang suami langsung masuk ke rumah dan...

menemukan sang bayinya masih tertidur pulas. Darah sang suami bagaikan tersirap naik ke ujung otaknya. Tidak jauh dari ranjang sang bayi, tergolek mayat seekor ular yang cukup besar. Lemas. Golok terjatuh di dekat kaki sang suami. kemudian dia terduduk dan bersimpuh.

dan kemudian cerita berakhir dengan tanda titik.

Sosok waktu menjadikan hakim dalam pengadilan peristiwa. Terkadang kata-kata tidak bisa membulatkan 99% menjadi 100%. Biar saja, dan tunggu saja nanti. Toh akan terlihat dengan jelas oleh mata majemuknya. Baik buruknya satu keputusan terkadang menjadi berubah nilainya. Satu-satu pengorbanan berserakan diantara kaki kaki cerita. Sampai kata ma`af terlalu berat untuk diucapkan. Sampai topeng ego-mu susah dilepaskan. Karena memang hidup tanpa dosa, bagai sayur tanpa garam (ujung-ujungnya laksana lagu dangdut...! :P~)

Komentar