Ada hari-hari di mana matahari terasa lebih berat untuk terbit, seperti ia sendiri meragukan tujuannya. Begitu pula dengannya, seseorang yang kini berjalan di dunia yang terasa begitu luas, namun sekaligus begitu sempit. Langit pagi mengabur, tak lagi menyentuh sukacita seperti dulu. Setiap langkahnya adalah doa yang diam-diam bergetar di antara nafas yang putus-putus. Kehilangan itu bukanlah hal yang ia pelajari dari buku-buku, tetapi dari ruang kosong yang terus bergema dalam dirinya. Ada kerinduan yang ia peluk dengan erat, seolah-olah itu satu-satunya hal yang nyata di tengah segala yang memudar. Dalam diamnya, ia mulai berbicara dengan dunia yang tak lagi menawarkan jawaban. Angin yang berhembus tidak lagi menghibur; ia hanya membawa pesan-pesan samar yang tak ia pahami. Orang-orang berlalu-lalang, menjalani hari mereka seperti biasa, namun baginya, setiap wajah adalah bayang-bayang dari seseorang yang telah memutuskan untuk pergi. Betapa ironisnya, pikirnya, bahwa separuh du...