Koffie Fabriek AROMA Bandoeng

Maoe minoem Koffie selamanja enak? Aromanja dan rasanja tinggal tetep, kaloe ini koffie soeda di boeka dari kantongnya harep di pindahken di stofles atawa di blik jang tertoetoep rapet. Djangan tinggal di kantong!
kopiaroma
Untuk netter yg doyan online sampai begadang, biasanya penggemar kopi. Mang udung salah satu penikmat kopi gila-gilaan. Kalau pagi hari belum masuk cairan kopi bisa-bisa siangnya langsung mules-mules. Apalagi kalau malam hari tidak masuk minimalnya 2 gelas kopi, menjelang jam 12 bisa langsung semaput sampai pagi hari.

Sekitar jam 10:30 siang tadi sampai di depan Toko Kopi Aroma yg berlokasi di Jalan Banceuy No. 51. “Wajah” toko sepertinya masih berwajah jaman dahulu. Beberapa toko lainnya di area situ masih mempunyai wajah lama juga. Lokasi tepat di-“apit” dua nama jalan yang menjadi ciri khas kota Bandung ; Jalan Pecinan Lama dan Jalan Banceuy. Alamat resminya ya, Jalan Banceuy No. 51 untuk toko penjual Kopi Aroma ini.
Jujur saja, merasa menjadi orang Bandung pituin (aseli) baru kali ini seumur hidup berkunjung dan mencoba untuk mencicipi rasa kopi paling enak dan harus ini. Siang itu antrian pembeli kopi tidak begitu banyak. Saya agak bingung, gimana bilang pesanannya yach ?
Di dalam ruangan ini cukup kecil, di dinding tergantung poster-poster kopi AROMA jaman dulu. Terlihat dari design poster ini rada vintage, keren. Ada 2 mesin pembuat kopi di sebelah kiri dan kanan ruangan, salah satunya sempat saya lihat buatan Jepang, aseli. Memang sengaja dipajang di depan untuk memperkuat suasana tempo doeloe-nya.
Etalase dipenuhi dengan biji-biji kopi yang belum digiling. Warnanya coklat muda tersebar rapi dalam etalase. Di dalamnya ada sebuah meja besar dengan beberapa karyawan yang sedang menimbang dan membungkus kopi.
Tepat di depan saya ada seorang bapak dengan logat jawa menunggu sabar pelayan toko kopi sedang memasukan beberapa bungkus kopi ke dalam kantong kertas. Dari pada terus bingung, saya memberanikan diri untuk basa-basi.
“Pak, itu untuk dijual lagi yach ?” tanya mamang sambil merhatiin pelayan tadi yang tidak jauh dari tempat kami berdiri.
“oh, itu untuk saya sendiri, stok satu bulan…” sambil mainin uang lima puluh ribuan 2 lembar. “ saya biasa bagiin buat sodara-sodara, jadi mereka engga ribet minta-minta kopi sama saya…”
wah, mamang pikir ini orang pelit tapi baik hati. Engga mau jatah kopinya dimintain sodara-sodaranya, dia langsung beliin semua sodaranya masing-masing satu bungkus ukuran seperempat kilo itu.
Tapi maksud untuk menginterogasi si Bapak ini dengan baiknya menjelaskan.
“ Di sini ada dua macam kopi, jenis Robusta dan Arabica. bisa pesan salah sau bisa dua-duanya, dan bisa juga dicampur. Tergantung selera..”
“saya paling suka jenis Robusta, wangi. Ya, Arabika juga wangi cuman untuk kopi jenis Arabika rasanya agak asem dikit, kalau punya penyakit maag mendingan minum kopi yg Robusta gitu mas”
Sepertinya bapak ini harusnya jadi humas di toko Kopi ini. Sepertinya beliau ini tahu benar kalau saya tidak tahu menahu soal kopi. Yang tahu hanya bubuk hitam kental dari sachet yang sudah instan dibeli dari supermarket.
Entah memang lidah mamang udah engga bener atau memang kecurigaan mamang bener. Rasa kopi dari salah satu merk kopi instan terkenal, jaman sekarang rasanya udah aneh, mirip-mirip jagung yang dioseng! he he he (itu juga diperkuat oleh pernyataan bapak saya, kira-kira maksudnya sama : Sangray Jagung)
Oke, keterangan Bapak yang ngantri bareng mamang masih ada lagi, kali ini beliau ini menerangkan bagaimana menyeduh kopi dari Toko Kopi AROMA ini.
“Kopi aroma jangan diseduh menggunakan gelas biasa, harus menggunakan cangkir atau mug, pokoknya jangan yang bening. (ember?). Masukan cukup 2 sendok kopi saja. (sendok tembok ?) kemudian masukan air mendidih, (kira-kira jarak air dengan mulut cangkir 2 centi, cara mang udung mah) harus menggunakan air mendidih. Setelah air langsung tutup selama 10 detik, kemudian masukan gula sesuai selera dan aduk.”
Baik yach ? bapak ini selesai menerima uang kembalian langsung pergi tanpa ucapan terima kasih dari mamang. Jadi, pak kalau bapak baca blog saya, saya ucapkan terima kasih atas info-nya.
Tambahan dari mamang, tipsnya dikit aja.
Setelah diaduk, pastinya akan mengeluarkan buih yg berwarna coklat, dan aroma kopinya langsung tercium, wangi euy ! buang saya buihnya tersebut, baru nikmati ; kata si bapak yg tadi, beliau lebih suka dingin.
ingat sendok kopi/gula/teh, jangan menggunakan sendok makan. Kecuali kalau membuat kopinya menggunakan kobokan untuk tempat menyeduh.
Sore tadi, setelah membeli gas (kosong soalnya) saya coba mendidihkan air untuk memcoba menyeduh kopi AROMA ini. Hasilnya, wangi! harum! hanya saja agak pait, soalnya tadi mamang pikir sendok kecil untuk nyuapin galuh sewaktu kecil ukurannya sama dengan ukuran sendok teh.
Buihnya coklat, warnanya hitam pekat, rasanya kopi banget dan tidak terasa seperti sangray jagung, karena ini kopi asli tanpa campuran!
Untuk kopi Robusta yang saya beli harganya Rp. 10.500,-/bungkus (1 bungkus isinya 1/4 kilo bubuk kopi)
Image0180
Depan Toko Kopi AROMA – Jalan Banceuy No. 51 Bandung
Image0178
Penghancur biji kopi menjadi bubuk kopi, aseli buatan jepang loh,.. mamang ngintip keterangan di plat-nya.
Image0179
Toples ini dibuat jauh sebelum mang udung lahir…
Image0181
Satu untuk Mamang, satu untuk bapak mertua (udah diberikan sebelum diphoto) satu lagi untuk bokap sendiri. Yang gagal diberikan malam ini karena hujan sedari sore.
Graphic1
lokasi Toko AROMA Jalan Banceuy No. 51 Bandung (Google Earth – klik image untuk tampilan lebih besar…)
maps_small_horizontal_logosumber photo cangkir kopi dari :
http://mypotret.wordpress.com/2009/02/20/widya-pratama-kopi-aroma-dan-kearifan-bisnis/
Photo Google Map : menggunakan Google Earth
Sisa Photo-photo : mang udung jepret sendiri pake Hape
referensi :
http://mypotret.wordpress.com/
http://www.kickdavid.com/
Grup Kopi AROMA dan Fan Pages Kopi AROMA di Facebook.
add Facebook mang udung, juga boleh..  Mengikuti perkermbangan blog ini via Facebook, klik di sini.