Dibalik Kontes Adu Bakat

re-post dari postingan kaskus.com
http://kaskus.com/showthread.php?t=314260
dari irchfan - Radmilla, Node A Level IV Kampus FEMA IPB

Derita para Peserta AFI

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang
personel AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas
kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari
kehidupan mereka.

Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau
ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat
memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang
ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka
ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri
mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan
AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan
mereka ditentukan seberapa besar orang tua mereka
sanggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin
dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin
aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI
2005) yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini
punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos
sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit
mahal RP 500.000. Namun itu dipilih karena
pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu
sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan
kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari. Makan
dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem
and kehidupan glamor, lha makan aja susah.


Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan,
Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen
Indosiar. Jadi, kaga bisa cari job di luar Indosiar.
Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian pembagian
job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI
seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara
yang lain kaga dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya
sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah.
Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem
duit. Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan
gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena takut
ga bisa bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para
orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan
kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di televisi.
Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh
Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali.
Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil
sekali, dan tidak menentu. Buruh pabrik yang gajinya
Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil
juga begitu. Kasian orang tua dan anak yang rela antre
berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang
anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos
dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia
sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat
orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang
tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.

*************************************
beda AFI, & mungkin IDOL di Indonesia ama di Amrik...



masih berminat untuk ikutan kontes adu bakat ??

Komentar